Monday, January 16, 2012

Wisata Spiritual di Gunung Tidar, Magelang

Indotravle - Gunung Tidar terletak di Kota Magelang Jawa Tengah. Gunung ini dikenal sebagai "Pakune tanah Jawa". Berada pada ketinggian 503 meter dari permukaan laut, Gunung Tidar memiliki sejarah dalam perjuangan bangsa karena di Lembah Tidar terdapat Akademi Militer yang berdiri pada 11 November 1957.

Bagi sebagian orang, Gunung Tidar mempunyai nilai khusus sebagai tempat lelaku spiritual dan merupakan salah satu obyek yang menjadi tempat tujuan untuk mendekatkan diri kepada Gusti Allah.



Dahulu, Gunung Tidar terkenal angker dan menjadi rumah bagi para Jin dan Makhluk Halus. Jalmo Moro Jalmo Mati, setiap orang yang datang ke Gunung Tidar bisa dipastikan akan menemui ajal, kalau tidak mati ya modar. Mungkin hal ini yang menjadi asal usul nama Tidar.

Di hari libur, banyak rombongan peziarah yang datang ke Gunung Tidar. Di malam-malam tertentu, komplek makam yang berada di atas Gunung Tidar akan ramai dikunjungi oleh peziarah. Bahkan ada hari-hari dan syarat tertentu untuk orang yang ingin mendapatkan jabatan ataupun orang yang ingin dilancarkan usahanya.

Di Gunung Tidar terdapat 2 buah makam yaitu Makam Kyai Sepanjang dan Makam Sang Hyang Ismoyo (atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Semar). Sedangkan tempat yang selama ini dikenal sebagai Makam Syekh Subakir sebenarnya hanyalah petilasan beliau.

Petilasan Syekh Subakir

Tempat persinggahan yang pertama kali kita jumpai apabila kita mendaki melalui pintu masuk Kampung Magersari dekat dengan rumah Juru Kunci adalah petilasan Syekh Subakir. Syekh Subakir merupakan ulama dari Timur Tengah yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Dikisahkan pula beliau adalah orang yang menaklukkan Jin dan Makhluk Halus di Gunung Tidar sehingga mereka ‘mengungsi’ ke Pantai Selatan, tempat Nyai Roro Kidul. Setelah berhasil menaklukkan Jin dan Makhluk Halus, Syekh Subakir kembali ke tanah asalnya di Rom (Baghdad).

Di petilasan Syekh Subakir ini tersedia mushola kecil dan pendopo. Petilasan Syekh Subakir sebelumnya ditandai dengan adanya kijing yang terbuat dari kayu. Setelah dipugar, kijing tersebut diletakkan di pendopo dan diganti dengan batu fosil yang berasal dari Tulung Agung serta dikelilingi pagar tembok yang berbentuk lingkaran dan tanpa atap.

Makam Kyai Sepanjang

Makam yang pertama kita temui adalah makam Kyai Sepanjang. Eyang Kyai Sepanjang merupakan murid dari Syekh Subakir. Karena pernah melakukan kesalahan dan sulit untuk disadarkan (layaknya besi bengkok yang sulit diluruskan), Eyang Kyai Sepanjang terkena tulah dari Syekh Subakir sehingga beliau berubah menjadi tombak.

Panjang makam awalnya adalah 6 meter, kemudian setelah petilasan Syekh Subakir dan Kyai Ismoyo dipugar, Eyang Kyai Sepanjang-pun meminta kepada Juru Kunci agar makamnya juga dipugar dan panjang makam ditambah 1 meter sehingga total menjadi 7 meter.

Makam Sang Hyang Ismoyo Jati

Makam yang kedua adalah makam Sang Hyang Ismoyo Jati atau yang biasa disebut dengan Kyai Semar. Kyai Semar merupakan Pamomong Tanah Jawa. Dikisahkan bahwa Kyai Semar menelan dunia (bumi) dan tidak bisa dikeluarkan lagi sehingga bentuk perutnya membuncit seperti orang hamil.

Tumpeng jejeg sejati, sego kuning sabukono, janur kuning sundukono,
sodo sapu gerang sak ler, bawang lanang brambang lanang lombok abang.

Makam Kyai Semar berbentuk kerucut berwarna kuning, di dasar kerucut dikelilingi (disabuki) dengan tulisan jawa Hanacaraka dan di puncaknya disunduk dengan janur kuning. Makam yang berbentuk kerucut tersebut ajejuluk Tumpeng Jejeg Sejati yang berarti bahwa manusia hidup harus benar tindakannya (jejeg lakune) dan senantiasa bersyukur kepada yang memberi hidup (Gusti Allah Robbul Alamien). Makam dikelilingi dengan pagar tembok yang berbentuk persegi , angka 9 pada panjang dan lebar tembok melambangkan Wali Songo (yang berjumlah 9) sebagai penyebar Agama Islam. Di dalam komplek makam juga terdapat pohon Jati yang memang dibiarkan berada di dalam kompleks makam (karena tidak bisa ditebang) sesuai dengan nama Sang Hyang Ismoyo Jati.

Lantai kijing Kyai Semar dikelilingi dengan kaca cermin agar setiap orang yang berziarah hendaknya dapat berkaca terlebih dahulu, apakah wajahnya berupa hewan atau manusia.

Referensi : http://www.yudhakaryadi.com/wisata-spiritual-gunung-tidar-magelang